Apakah Anda tahu apa itu Kampung Inggris? Mengapa di sini terdapat begitu banyak kursus bahasa Inggris? Bagaimana asal mula semuanya? Berikut ini, mari kita eksplor lebih dekat sejarah berdirinya Kampung Inggris Pare. Sehingga kita dapat memahami dengan baik bagaimana beragam kursus bahasa Inggris berkembang di tempat ini.
Kawasan Kampung Pare ini menjadi salah satu tujuan atau rujukan untuk belajar bahasa Inggris. Peningkatan popularitasnya juga terkait dengan pertumbuhan industri kursus bahasa Inggris di daerah ini.
Sebetulnya, julukan “Kampung Inggris” merujuk pada dua desa di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, yakni Desa Tulungrejo serta Desa Pelem.
Asal usul julukan “Kampung Inggris” dapat ditelusuri pada masa berjalannya lembaga pendidikan bahasa Inggris di kedua desa tersebut.
Kompleks pendidikan ini mirip dengan suatu lingkungan pelajar, karena masyarakat yang datang dan belajar di sana berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. Selain menjadi pusat pembelajaran, Kampung Inggris juga menjadi destinasi eduwisata yang populer. Karena seringkali dikunjungi oleh rombongan pelajar untuk mengisi waktu liburan sekolah.
Kampung Inggris Pare yang terletak di Kabupaten Kediri menjadi pusat pembelajaran bahasa Inggris terbesar di Indonesia sejak tahun 1977. Lebih dari 160 lembaga kursus beroperasi di sana, menerima lebih dari 8000 siswa dari berbagai kota. Bahkan dari luar negeri yang datang untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka.
Kisah Kampung Inggris bermula di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pada tanggal 15 Juni 1977. Ini bertepatan ketika Basic English Course (BEC) didirikan. BEC menjadi lembaga pendidikan bahasa Inggris perdana dan menjadi tonggak awal bagi Kampung Inggris.
Pendiri BEC adalah seorang yang akrab disapa Mr. Kalend, atau Kalend Osen. Awalnya, Mr. Kalend adalah santri di Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Tetapi beliau terpaksa meninggalkan pendidikannya karena kendala biaya. Akhirnya setelah keluar, Mr. Kalend tak kembali ke daerah asalnya di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur tetapi beliau melanjutkan perjuangan nya di daerah Pare Kediri.
Kisah Kampung Inggris Pare dimulai dari perjuangan Kalend Osen, pendiri Lembaga Kursus pertama di sana yang dikenal sebagai BEC (Basic English Course).
Kelahiran 4 Februari 1945, Mr. Kalend berasal dari Kutai Kartanegara dan awalnya merupakan santri di Pondok Pesantren Modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur. Sayangnya, saat duduk di kelas 5 atau kelas 2 SMA, keterbatasan biaya membuatnya terhenti dari pendidikannya.
Dalam kesulitannya, Mr. Kalend mendengar tentang Kyai Ahmad Yazid di Kabupaten Pare yang mahir berbahasa asing. Tanpa ragu, ia memutuskan untuk belajar di Pondok Pesantren Darul Falah di desa Tulungrejo yang dimiliki oleh Kyai Ahmad Yazid.
Suatu hari, dua mahasiswa dari IAIN Sunan Ampel Surabaya datang ke Pondok Pesantren Darul Falah untuk belajar bahasa Inggris dengan bimbingan Kyai Ahmad Yazid. Namun, karena Kyai Ahmad Yazid sedang dalam perjalanan dinas, mereka diarahkan untuk bertemu dengan Mr. Kalend yang baru saja menjadi santri di pondok tersebut.
Ketika diberikan lembar soal ujian bahasa Inggris, Mr. Kalend berhasil memecahkan 60% soal dengan benar, sehingga membuktikan kemampuannya. Dua mahasiswa tersebut meminta Mr. Kalend untuk mengajar mereka bahasa Inggris secara intensif selama lima hari yang dilaksanakan di teras masjid Pondok Pesantren Darul Falah.
Kesuksesan mereka menyebar ke kalangan mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan banyak yang tertarik untuk belajar bahasa Inggris kepada Mr. Kalend. Pada tanggal 15 Juni 1977, di Dusun Singgahan, Desa Pelem, Kecamatan Pare, Mr. Kalend mendirikan kursus bahasa Inggris, BEC, dengan enam mahasiswa di kelas perdananya. BEC tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, tetapi juga nilai-nilai keagamaan.
Seiring berjalannya waktu, BEC semakin dikenal masyarakat, dan pada tahun 1990-an, banyak alumni BEC yang mendirikan lembaga kursus bahasa Inggris sendiri untuk menjawab tingginya permintaan masyarakat yang ingin belajar bahasa Inggris, yang tidak dapat lagi ditampung oleh BEC.
Banyaknya lembaga kursus bahasa Inggris yang didirikan oleh alumni BEC di desa Tulungrejo serta Pelem menjadikan kedua desa itu sebagai pusat pendidikan non-formal bahasa Inggris.
Mereka menggabungkan praktek bahasa Inggris langsung, kearifan lokal, dan pengetahuan agama, tidak mengikuti kurikulum resmi pemerintah. Dengan demikian, belajar bahasa Inggris di sana tetap memegang nilai dan budaya ‘kampung’.
Seiring waktu, kegiatan ini semakin diminati, mendapat perhatian media nasional, dan menciptakan istilah Kampung Inggris Pare. Ini menunjukkan citra otentik dan nilai luhur masyarakat desa Tulungrejo serta Pelem dalam melestarikan belajar bahasa Inggris ala ‘kampung’.
Lembaga Kursus sering mewajibkan siswanya berbahasa Inggris sehari-hari di asrama atau camp, dan pelanggaran akan berujung pada hukuman sesuai aturan lembaga.
Beberapa lembaga, menerapkan konsep belajar dengan metode CEFR serta NLA sejak 2006. Metode ini mencakup berbagai keterampilan seperti komunikasi, diskusi, presentasi, dan debat. Kemudian diterapkan oleh siswa dalam dan di luar kelas, selalu menggunakan bahasa Inggris.
Bahkan, mereka sering diminta untuk melakukan presentasi di tempat umum guna membangun kepercayaan diri berbahasa Inggris.
Bapak Kalend Osen, sosok sederhana di Kampung Inggris Pare, membuka jalan bagi perubahan besar. Niat tulusnya untuk memfasilitasi belajar bahasa Inggris menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan ratusan lembaga kursus. Anda juga dapat menjadi salah satu peserta kursus bersama salah satu Lembaga Kursus di Kampung Inggris yaitu Alexandria. Kunjungi Kampung Inggris Alexandria di alamat kampunginggris.biz. Dapatkan berbagai metode belajar Bahasa Inggris dengan suasana asyik dan berkesan.